Notification

×

Iklan

Iklan

Pusat Data Nasional (PDN) RI Diserang oleh Para Hacker dan Meminta Tebusan US$ 8 Juta atau Rp 131,01 Miliar

Selasa, 25 Juni 2024 | 19:29 WIB Last Updated 2024-07-07T11:00:25Z


Ilustrasi Attack Hacker-sumber img;https://www.shutterstock.com/image-photo/hacker-hoodie-dark-theme-1983668543



Jakarta, Tadong.com - Saat ini RI dihebohkan dengan serangan siber oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan kejahatan ini menyerang Pusat Data Nasional (PDN) . Serangan siber tersebut, seakan akan memberikan tamparan keras tentang lemahnya keamanan  atau perlindungan data  negeri kita sampai di olok olok ‘negara open source’.

 



Kejahatan tersebut telah membobol  data di instansi pemerintahan yang mengakibatkan keberadaan data-data pribadi milik  masyarakat RI seolah olah tanpa perlindungan sama sekali. Kejahatan siber terbilang cukup parah dan  berbahaya dimana si pelaku kejahatan siber,  bisa saja mencuri data-data privasi penting seseorang, data-data privasi negara dan lain sebagainya.



 

KomInfo mengatakan bahwa sekitar 120 instansi pusat ataupun daerah terkena dampaknya dari peretasan tersebut. Beberapah instansi, seperti  Badan Intelijen Strategis (BAIS) dan Sistem Jaringan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) milik kepolisian RI menjadi salah satu korban dimana data-data instansi tersebut bocor akibat serangan.

                                                                                       



Tidak hanya itu, data para politisi yang ada di senayan tersebar juga di dark web databse. Para peretas (hacker) atau pelaku kejahatan tersebut meminta tebusan  yang nominalnya sangat banyak. Para peretas tersebut meminta US$ 8 juta, bila dikonversikan ke rupiah sekitar Rp 131,01 miliar. Tak tinggal diam,  KomInfo sebagai pengola Pusat Data Nasional (PDN), telah mengambil keputusan. Dimana pihak Kominfo menolak uang tebusan yang diminta oleh peretas (hacker) tersebut.




Kita harus menyadari bahwa, kejahatan-kejahatan seperti ini salah satu ancaman terbesar di era perkembangan tekhnologi canggih saat ini. Bukan Cuma data lembaga lembaga  negara yang bakal dibobol, akan tetapi berbagai industri juga menghapinya, bahkan data-data privasi anda sendiri pun  bisa diserang.



 

Dibulan Mei yang lalu, PT Bank Syariah Indoensia Tbk (BSI) yang  terbesar di Indonesia, menjadi salah satu korban peretasan. Para peretas membuat sistem mereka mati selam 1 minggu dan bukan hanya itu, PT BFI Finance Indonesia Tbk juga terkena serangan tersebut.

 



Dilansir dari Data Cyber Crime Statistic 2023,  Indonesia berada di urutan ke 3 negara yang paling banyak mengalami peretasan data 'The Most  Data Breach Account' mencapai 13,2 juta pengguna internet dan kasus peretasan di Indonesia mengalahkan negeri Paman Sam Amerika Serikat dengan 8,4 juta kasus dan Spanyol dengan3,9 juta kasus. Disusul  oleh  Rusia dengan 22,3 juta kasus dan Perancis dengan 13,8 juta kasus.

 



Pada tahun ini, menurut Statista Market Insight kejahatan siber telah memberikan kerugian yang cukup besar dengan kerugian mencapai US$ 9,2 triliun. Angka kerugian itu, diperkirakan akan membengkak hingga US$ 13,8 triliun pada tahun 2028 nanti.**


×
Berita Terbaru Update