Ilustrasi Attack Hacker-sumber img;https://www.shutterstock.com/image-photo/hacker-hoodie-dark-theme-1983668543 |
Jakarta, Tadong.com - Saat ini RI dihebohkan dengan serangan siber oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan kejahatan ini menyerang Pusat Data Nasional (PDN) . Serangan siber tersebut, seakan akan memberikan tamparan keras tentang lemahnya keamanan atau perlindungan data negeri kita sampai di olok olok ‘negara open source’.
Kejahatan tersebut telah membobol data di instansi pemerintahan yang mengakibatkan
keberadaan data-data pribadi milik masyarakat
RI seolah olah tanpa perlindungan sama sekali. Kejahatan siber terbilang cukup
parah dan berbahaya dimana si pelaku
kejahatan siber, bisa saja mencuri data-data
privasi penting seseorang, data-data privasi negara dan lain sebagainya.
KomInfo mengatakan bahwa sekitar 120 instansi
pusat ataupun daerah terkena dampaknya dari peretasan tersebut. Beberapah instansi,
seperti Badan Intelijen Strategis (BAIS)
dan Sistem Jaringan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis)
milik kepolisian RI menjadi salah satu korban dimana data-data instansi tersebut
bocor akibat serangan.
Tidak hanya itu, data para politisi yang
ada di senayan tersebar juga di dark web databse. Para peretas (hacker) atau pelaku kejahatan tersebut meminta tebusan yang nominalnya sangat banyak. Para peretas
tersebut meminta US$ 8 juta, bila dikonversikan ke rupiah sekitar Rp 131,01
miliar. Tak tinggal diam, KomInfo sebagai
pengola Pusat Data Nasional (PDN), telah mengambil keputusan. Dimana pihak
Kominfo menolak uang tebusan yang diminta oleh peretas (hacker) tersebut.
Kita harus menyadari bahwa, kejahatan-kejahatan
seperti ini salah satu ancaman terbesar di era perkembangan tekhnologi canggih
saat ini. Bukan Cuma data lembaga lembaga negara yang bakal dibobol, akan tetapi berbagai
industri juga menghapinya, bahkan data-data privasi anda sendiri pun bisa diserang.
Dibulan Mei yang lalu, PT Bank Syariah Indoensia
Tbk (BSI) yang terbesar di Indonesia,
menjadi salah satu korban peretasan. Para peretas membuat sistem mereka mati
selam 1 minggu dan bukan hanya itu, PT BFI Finance Indonesia Tbk juga terkena
serangan tersebut.
Dilansir dari Data Cyber Crime Statistic
2023, Indonesia berada di urutan ke 3 negara
yang paling banyak mengalami peretasan data 'The Most Data Breach Account' mencapai 13,2 juta pengguna
internet dan kasus peretasan di Indonesia mengalahkan negeri Paman Sam Amerika Serikat dengan 8,4 juta kasus dan Spanyol dengan3,9 juta kasus. Disusul oleh Rusia dengan 22,3 juta kasus dan Perancis
dengan 13,8 juta kasus.
Pada tahun ini, menurut Statista Market Insight kejahatan siber telah memberikan kerugian yang cukup besar dengan kerugian mencapai US$ 9,2 triliun. Angka kerugian itu, diperkirakan akan membengkak hingga US$ 13,8 triliun pada tahun 2028 nanti.**