sumber img : https://www.shutterstock.com/image-photo/three-hundred-dollar-banknotes-on-background-2004854093 |
Jakarta, Tadong. com- Dollar AS diprediksi akan melesat jauh hingga mencapai angka Rp 16.700 bahkan ke Rp 17.000. Rupiah kini semakin melemah akibat tekanan dolar AS yang semakin naik akhir - akhir ini.
Menguatnya mata uang Amerika Serikat disebabkan oleh data tenaga kerja AS yang menguat atau data Non - Farm Payroll (NFP).
Hal itu membuat prospek pemangkasan suku bunga oleh Bank Central AS atau The Fed bulan September menurun.
Senin (10/6/2024) dilansir dari RTI, dolar AS naik sebesar 111 point atau 0,90% menjadi Rp 16.290.
Lukman Leong pengamat Mata Uang dan Komuditas mengungkapkan "Tekanan Dolar AS masih akan besar, paling tidak Q3. Rupiah tanpa intervensi BI, diperkirakan akan mencapai Rp 16.500 - 16.700 dan tentu saja tidak menutup kemungkinan melonjak naik hingga ke Rp 17.000".
Sebelum prediksi ini beberapah hari yang lalu dolar AS menyentuh angka di Rp 16.229 dan membuat dolar AS melemah sekitar 15 poin atau 0,09%. Jumat 7 Juni dolar AS dibuka pada level Rp 16.244 dengan level tertinggi Rp 16.255 dan level terendah Rp 16.229 serta data secara mingguan dolar AS melemah 0,07%.
Lalu secara bulanan dolar AS menguat 1,06% kemudian secara 3 bulanan dolar AS menguat 4,13%. Secara 6 bulanan dolar AS menguat 4,67%. Secara tahunan dolar AS menguat 9,4%.
Dolar bergerak sangat variatif terhadap beberapah mata uang lainnya seperti dolar Australia yang menguat 0,03%, dan Euro melemah 0,05%.
Kemudian terhadap Yuan melemah 0,06% dan terhadap dolar Singapura minus 0,03%.
Ariston Tjendra selaku pengamat Pasar Uang menyebutkan penguatan dolar AS berhubungan dengan data tenaga kerja di negara tersebut.
Oleh sebab itu kondisi tersebut memicu naiknya inflasi. Dan Ariston menerangkan bahwa "Yang menjadi pemicu adalah ekspetasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan AS yang menurun. Penurunan ekspetasi ini di picu oleh data tenaga kerja AS yang dirilis jumat malam yang hasilnya lebih bagus dari ekspetasi pasar. Kondisi tenaga kerja AS yang membaik ini mendorong kenaikan inflasi yang bisa menunda pemangkasan suku bunga di AS".
Alhasil akibat dolar AS yang menguat memberikan dampak ke Rupiah dan mata uang lainnya. Harga barang kosumsi yang naik berpotensi daya beli turun.**